Kisah Nabi Ayub Tetap Takwa meski dalam Kesusahan dan ditinggalkan Istrinya

Kisah Nabi Ayub Tetap Takwa meski dalam Kesusahan dan ditinggalkan Istrinya

Uncategorized 0 Comment

Photo : Ilustrasi

BATAVIASE NOUVELLES.COM. Indonesia — Setiap manusia mengalami Ujian dan Cobaan. Ada yang melewatinya dengan langkah yang baik, tepat, dan benar. Ada juga yang menempuh langkah sebaliknya.

Ujian dan cobaan pernah dialami oleh para Nabi, salah satunya yaitu Nabi Ayub As. Ujian dan cobaan menerpa Nabi Ayub AS. Mulai dari kehilangan harta benda, anak-anak, istri, hingga penyakit yang menggerogoti dirinya. Nabi Ayub melalui semua ujian itu dengan ketabahan dan kesabaran.

“Nabi Ayub adalah nabi yang kaya pada awalnya, ketaataannya pada Allah luar biasa. Lalu diuji dengan menghilangkan semua yang dicintai, anak-anaknya meninggal semua,” kata Ustaz Hilman Fauzi kepada CNNIndonesia.com. Dilansir dari CNN Indonesia.

Allah SWT mengutus Nabi Ayub untuk mengajak umat manusia di daerah Syam–kini adalah Suriah–ke jalan kebenaran.

Nabi Ayub lahir keluarga kaya raya dengan peternakan dan perkebunan yang luas. Ia terkenal karena kedermawanannya berbagi dan membantu orang lain. Ketaatan Nabi Ayub bahkan membuat setan iri dan dengki. Iblis pun sampai menyusun muslihat jahat untuk menggoda Nabi Ayub.

Kawanan iblis membakar perkebunan dan peternakan milik Nabi Ayub. Tak satupun tersisa dari perkebunan dan peternakan itu.

Tapi saat Nabi Ayub melihat harta miliknya ludes, ia tetap tenang sambil bersabar kepada Allah. Nabi Ayub berkata, bahwa semua harta benda itu adalah milik Allah SWT.

Setan semakin giat menggoda Nabi Ayub yang tetap sabar. Kali ini, kawanan setan menghasut umat Nabi Ayub untuk meninggalkannya.

Setan berhasil memecah belah umat Nabi Ayub. Banyak orang meninggalkan Nabi Ayub dan tak mau lagi beribadah karena jatuh miskin. Namun, Nabi Ayub tak gentar dan tetap beribadah sambil menyerukan kebenaran.

Hingga suatu hari muncul angin badai disertai gempa bumi yang menghancurkan rumah Nabi Ayub. Tak hanya itu, seluruh anak-anak Nabi Ayub meninggal dunia.

Alih-alih dirundung kecewa, Nabi Ayub justru tetap tegar dan mendoakan keselamatan anak-anaknya.

Sekalipun dirundung duka dan ditimpa musibah, Nabi Ayub tetap tenang seraya terus memanjatkan doa kepada Allah SWT.

Kejadian itu, membuat Nabi Ayub jatuh miskin. Nabi Ayub bersama istrinya, Siti Rahmah lantas tinggah di rumah kecil dengan pakaian yang lusuh lantaran tak lagi punya harta benda.

Nabi Ayub tetap berdakwah dalam kondisi miskin dan selalu bersyukur kepada Allah.

Setan pun tak senang dengan kondisi itu. Kali ini, setan membuat Nabi Ayub sakit parah. Setan meniupkan kuman penyakit yang membuat Nabi Ayub digerogoti penyakit komplikasi.

Nabi Ayub semakin kurus dan lemah. Pada sekujur tubuhnya muncul bisul bernanah. Badan Nabi Ayub pun membusuk dan dipenuhi ulat. Tak ada lagi orang yang mau mengunjungi Nabi Ayub untuk belajar Agama Allah.

Nabi Ayub bahkan diusir dari tempat tinggalnya karena takut menulari warga sekitar. Istri Nabi Ayub lalu membawa sang suami menuju desa lain. Lagi-lagi, di desa itu Nabi Ayub dan Siti Rahmah tak diterima dan diusir.

Siti Rahmah lalu membaringkan Nabi Ayub di tempat yang jauh dari pemukiman. Bertahun-tahun Siti Rahmah bekerja seorang diri dan mencari obat untuk Nabi Ayub. Tapi, tanda-tanda kesembuhan belum juga terlihat.

Dalam kondisi sakit parah itu, sekali pun Nabi Ayub tak pernah mengeluh dan tetap beribadah serta berzikir kepada Allah SWT.

Kini, giliran Siti Rahmah yang digoda oleh setan untuk meninggalkan Nabi Ayub. Siti Rahmah lalu meminta kepada Nabi Ayub agar memohon kepada Allah untuk mengangkat penderitaannya.

Siti Rahmah meminta Nabi Ayub untuk memohon kepada Allah agar mengangkat segala penderitaannya. Tapi Nabi Ayub merasa malu meminta kepada Allah SWT.

“Aku malu meminta kepada Allah agar melepaskan penderitaanku ini. Penderitaan yang kualami saat ini sangatlah singkat jika dibandingkan dengan masa-masa kesenangan kita dahulu. Mengapa engkau tidak mau bersabar wahai istriku? Bersyukurlah kepada Allah atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya dahulu. Pasti Allah akan memberikan lagi karunia-Nya kepada kita,” ucap Nabi Ayub dikutip dari Nabi Ayub AS, Rasul yang Kesabarannya Dipuji Allah SWT karya Tim Divaro.

Namun, Siti Rahmah tak peduli dengan ucapan Nabi Ayub. Dia memilih untuk pergi meninggalkan sang suami seorang diri.

Nabi Ayub kecewa pada Siti Rahmah. Dia lalu bersumpah akan mencambuk sang istri 100 kali saat dirinya sudah sembuh.

Nabi Ayub lantas hidup seorang diri. Kali ini, dia hanya bisa berbicara dengan Allah SWT.

“Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan,” kata Nabi Ayub sesuai Surat Sad ayat 41.

“(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang,” kata Nabi Ayu sesuai surat Al-Anbiya ayat 83.

Allah lalu meminta Nabi Ayub untuk menghentakkan kakinya.

“Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum,” firman Allah sesuai Surat Sad ayat 42.

Nabi Ayub mengikuti perintah itu. Seketika, penyakit Nabi Ayub hilang.

Pada saat yang sama, sang istri datang dan meminta maaf, menyesali perbuatannya yang telah meninggalkan Nabi Ayub.

Nabi Ayub dan Siti Rahmah kembali membangun usaha dan rumah. Tak butuh waktu lama, mereka kembali menjadi keluarga yang kaya raya.

“Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran,” firman Allah sesuai Surat Sad ayat 43.

Nabi Ayub juga tak lupa pada sumpah untuk mencambuk istrinya dengan 100 kali. Namun, beliau tak sampai hati melukai istrinya. Allah lalu memerintahkan Nabi Ayub untuk memukul istrinya dengan seikat rumput. Nabi Ayub lalu mencari 100 helai rumput dan memukulkannya kepada istrinya.

Dari kisah dan ujian Nabi Ayub AS terdapat sejumlah hikmah dan teladan yang bisa dipelajari hingga saat ini.

Nabi Ayub adalah sosok yang dapat menjadi teladan ketabahan dan kesabaran.

“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya),” firman Allah dalam surat Sad ayat 44.

Nabi Ayub mengajarkan keikhlasan. Harta dan benda yang diberikan Allah sesungguhnya adalah milik Allah.

“Jangan pernah memiliki apa yang bukan milik kita. Allah menitipkan itu. Tidak usah marah, gelisah. Nabi Ayub mengajarkan sebagaimana bersikap sabar,” ucap Ustaz Hilman.

Nabi Ayub juga mencontohkan bahwa sumpah yang telah diucapkan atau janji juga wajib dipenuhi.
(bataviasenouvelles.com)

Leave a comment

Search

Back to Top